Sunday, September 21, 2008

Sekelumit tentang perjalanan hidupku

Yah, setiap orang punya kisah hidupnya masing-masing, jalannya roda kehidupan tak akan sama. Tetapi setiap orang akan selalu mengalami perputaran dari senang susah, sedih gembira, bahagia menderita dan sebagainya. Tentunya kadarnya masing-masing dan lamanya juga ngga sama.

Aku Triyono, lahir dan besar di suatu desa kecil, Bakulan namanya. Letaknya lumayan dekat dengan pantai selatan Jogjakarta, hanya sekitar 15km. Kehidupan masa kecil biasa-biasa saja seperti anak-anak yang lain. Bedanya, dengan susah payah aku jalani untuk bisa sekolah sampai SMA, betul-betul dengan susah payah, karena keluargaku termasuk golongan ekonomi sangat lemah, boleh dibilang miskin malahan. Lulus.

Lulus SMA, keinginanku untuk kuliah sangat kuat, tapi rasanya ngga mungkin sanggup membiayainya. Nekad aja dan alhamdulillah bisa masuk jurusan Ilmu Komputer UGM, angkatan 1993. Wah dah lama juga ya ternyata dari sekarang, dah 15 tahun lalu. Yang ini terasa tambah berat lagi, apalagi tetangga-tetangga bukannya ngasih semangat ke keluarga, malahan nakut-nakutin tentang biaya, tentang hutang, tentang gagal, walah macem-macem dech lengkap dengan contoh-contohnya. Kadang aku terpengaruh bisa sampai ngga ya, mungkin ngga ya lulus. Ya jujur aja masalahnya bukan hanya kekurangan biaya aja, tetapi saya sadar bahwa otak yang ada di kepala ini kurang cerdas, lambat sekali untuk belajar.

Akhirnya... akhirnya .. lulus juga, sesuatu yang ngga mungkin di mata kita, kalau Allah menunjukkan jalan menjadi mungkin juga, tentunya semua sesuai sunatullah, usaha dan kerja keras, tawakal.

Selepas kuliah terus dapat kerja, ya karena emang ngga jenis yang berprestasi bagus ya kerjanya ngga bagus-bagus amat. Dari programmer pindah-pindah project dan tempat di Jogja, terus tahun 2000 kerja ke Jakarta. Lumayan satu tahun di jakarta tambah banyak pengalaman kehidupan, banyak yang tidak sesuai dengan yang terlihat.

Tahun 2001 pindah ke Pekanbaru mengajar di IAIN Sultan Syarief Qasim, oh ya sekarang sudah menjadi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru. Hari-hari dijalani seperti layaknya staf pengajar, eh ada juga sih kadang-kadang ngerjain proyek software kalau ada kesempatan. Tahun 2003 menikah di Jogjakarta, dengan adik angkatan, jauh banget aku lulus dianya baru masuk FMIPA UGM, jurusannya pun beda. Itulah termasuk yang kayaknya tidak mungkin tetapi terjadi juga. Alhamdulillah...

Akhir tahun 2005 ada kesempatan lanjut S2 Computer Science di UTM Malaysia, dengan perjuangan loh untuk dapat berangkat. Semester 1 dilalui dengan sukses. Liburan balik ke Jogja pada Mei 2006. Maksudnya mau bersantai menikmati suasana, tetapi ceritanya tidak sesuai yang diharapkan. Belum genap sebulan, terjadilah gempa keras yang mengguncang kampung halaman. Gempa bumi, 27 Mei 2006. Rumah hancur, ayah ibu dan adik2 selamat, tapi nenek tercinta meninggal dunia. Sedih dech.

Bulan Juli balik lagi ke UTM, mulai kuliah lagi. Berikutnya di bulan Agustus, kehidupan seperti di terjang badai sedahsyat-dahsyatnya. Aku didiagnosa sakit gagal ginjal kronis, dan harus menjalani cuci darah. Saat itu rasanya seperti mendapat vonis mati aja. Pulang ke Jogja lagi, cuti kuliah. Terlintas cuti selamanya alias gagal kuliah. Di Jogja berjuang keras untuk bisa cuci darah, dengan fasilitas Askeskin dari pemerintah. Tapi dapat tempat cuci darahnya di Boyolali, tak apa yang penting menyelamatkan nyawa yang dititipan ini, satu-satunya lagi. Berat sekali. Kehidupan berat apalagi rumah tangga, berat sekali. Alhamdulillah istri tercinta support terus.

Akhir Desember 2006, memutuskan untuk balik melanjutkan S2. Sekarang ditemani istri yang juga mengambil S2 di Fisika UTM. Dialysis alhamdulillah ditanggung UTM. Semester inipun sangat berat terasa, kondisi kesehatan belum bagus, ditambah istri yang harus banyak penyesuaian di awal semester. Mau ngga mau akan semakin berat. Lolos juga semester 2 ini, tetapi dengan hasil yang ngga bagus, rasa percaya diri entah ke mana. Sanggup ya terus?
Mengumpulkan semangat, dan semester selanjutnya berhasil bagus, jadi tinggal thesis aja untuk semester berikutnya.

Dannnn, setelah dengan berat dijalani, kami maksudnya saya dan istri bisa lulus bareng, wisuda bareng tanggal 16 Agustus 2008 lalu. Betul-betul lega. Alhamdulillah, lagi ... yang nampaknya ngga mungkin bagi saya untuk bisa S2 karena biaya dan kemampuan, ditambah lagi sakit gagal ginjal yang harus cuci darah 3x seminggu, ternyata Allah berkehendak saya lulus, bahkan ditambah lagi istri juga sama-sama lulusnya. Syukur.. alhamdulillah.

Tetapi cerita masih berlanjut. Aku mendaftar lagi untuk S3 di jurusan yang sama, diterima. Baru kuliah satu bulan, badai menerpa kehidupanku lagi. Dialysis sudah tidak ditanggung lagi, gimana bisa bertahan? Pulang tak ada biaya untuk cuci darah, di sini juga sama.

Sekarang dengan dukungan penuh dari kawan-kawan pelajar Indonesia, mengusahakan biaya tranplant ginjal. Kawan-kawan mencarikan donatur kemana saja, baik yang di Malaysia sini maupun yang di Indonesia. Ada juga kawan yang mencarikan dana ke negara asalnya. Sekarang penggalangan dana ini belum selesai, semoga secepatnya bisa mencukupi. Syukur alhamdulillah, aku dikelilingi kawan-kawan yang peduli dan berkorban banyak hal di antara kesibukan riset maupun kuliah. Semoga ini berhasil karena tranplant ginjal sangat mahal, sekitar Rp 150 juta.

Ya Allah berilah kesempatan kepada ku lagi.....

Saturday, September 20, 2008

Nggak tahu mau nulis apa

Tak terbiasa nulis, jadi ngga ngerti mau nulis apa. Coba aja dech, katanya kalau ngga pernah mencoba mana tahu bisa apa ngga? Gitu kan?